Seiring dengan diberlakukannya penerapan seragam bagi mahasiswa baru angkatan 2016, masih ada sebagian kecil pihak yang mempertanyakan urgensi dan manfaat dari penerapan seragam. Reaksi tersebut wajar karena peraturan baru tentu butuh waktu untuk peralihan. Berikut adalah beberapa alasan mengapa kita membutuhkan penerapan seragam khususnya bagi mahasiswa baru tahun 2016.
Seragam adalah simbol kebanggaan
Apakah anda bisa membayangkan bagaimana perasaan Taruna Akademi Polisi terhadap seragamnya? Bagaimana perasaan dokter bedah dengan seragam dokter yang digunakannya? Bagaimana perasaan istri TNI yang tergabung dalam PERSIT terhadap seragam yang dipakai oleh perkumpulan mereka? Mengapa setiap ada kegiatan besar dosen dan mahasiswa selalu mengajukan proposal pendanaan untuk mengadakan jaket atau kaos seragam?
Pertanyaan di atas adalah pertanyaan retoris. Ditanyakan untuk menyadarkan kita bahwa sesungguhnya seragam adalah simbol kebanggan. Seragam memiliki fungsi legitimasi juga. Bayangkan anda ditangkap orang yang mengaku polisi tapi tidak memakai seragam polisi. Anda pasti tidak akan percaya. Seragam memiliki makna positif secara intrinsik. Oleh karena itu sebagai universitas yang dulunya adalah institut keguruan, seragam merupakan bentuk kebanggaan kita pada institusi dan para pendahulu kita.
Seragam bukan simbol pengekangan
Pengekangan pikiran itu ada di dalam jiwa bukan pada raga. Mengapa begitu takut terkekang pikir hanya karena selembar kain. Apalagi selembar kain itu membantu kita untuk fokus pada apa yang sedang kita lakukan. Dokter bedah sangat fokus pada perkerjaannya karena mengenakan pakaian dokter yang bermotif polos, tidak polkadot. Para pemenang penghargaan penelitian menemukan inovasinya di dalam lab mengenakan jas laboratoriumnya yang juga seragam. Para pemain gamelan memainkan musik Jawa dengan begitu atraktif dan menggugah jiwa, dengan pakaian seragam. Penikmat musik gamelan akan berkurang nikmatnya ketika tahu niyaga memainkan musik hanya dengan memakai kaos oblong. Mahasiswa UNNES secara alamiah lebih bangga saat memakai pakaian yang merefleksikan profesionalisme yang mereka dapat selama proses perkuliahan.
Seragam adalah simbol kesetaraan
Selama pelaksanaannya diatur dengan baik dan diterapkan secara konsisten, seragam menjadi pemersatu persahabatan mahasiswa. Pengekangan tidak selalu terjadi melalui seragam. Pengekangan lebih bisa terjadi pada ‘baju bebas’. Terbentuknya grup-grup sosio-ekonomik yang kurang menguntungkan dapat terbentuk dengan identifikasi pakaian bebas yang dipakai mahasiswa. Yang berpakaian ‘glamor’ akan berkumpul dengan yang glamor. Yang berpakaian ‘bersahaja’ hanya akan berkumpul dengan yang bersahaja. Semua itu dapat dicegah dengan seragam yang diterapkan dengan peraturan yang konsisten dan sangat mudah dilaksanakan.
Peraturan bukan dibuat untuk mengekang, tapi untuk memberdayakan. Perlu pikiran yang jernih serta komitmen yang kuat agar kita dapat memetik manfaat dari peraturan ini. Saat tulisan ini dibuat, beberapa dokumentasi masuk ke Whatsapp saya menampilkan betapa indahnya harmoni yang diciptakan oleh mahasiswa berbaju seragam
Hendi Pratama
Kepala UPT Pusat Humas
Universitas Negeri Semarang