Bercinta ternyata jadi aspek penting yang mempengaruhi kesehatan psikologis dan sosiologis seseorang. Psikolog Klinis University of Arizona Prof Johana E Prawitasari PhD menjelaskan, bercinta dalam artian luas berarti menggunakan cinta-kasihnya guna menumbuhkan perdamaian di antara sesamanya.
Selain bercinta, komponen lain yang mempengaruhi kesehatan sosiologis dan psikologis adalah kesempatan dan kemampuan belajar, bekerja, dan bermain secara nyaman dan aman.
Johana mengatakan itu ketika berbicara dalam seminar “Psikologi Klinis Makro dan Kesehatan Mental Berbasis Komunitas Menuju Indonesia Sehat” yang diselenggarakan Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Semarang (Unnes).
Ketua LPPM Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida) Jakarta itu melanjutkan, banyaknya pertengkaran, pembunuhan, perkelahian, dan peperangan dapat dijadikan indikator rendahnya kesehatan jiwa masyarakat.
Begitu pula banyaknya jumlah pasangan hidup dalam masyarakat yang saling mengembangkan pengertian dan pemahaman; jumlah anggota masyarakat yang memiliki sahabat sejati; dan jumlah individu yang melaporkan memiliki teman dekat dan memperoleh dukungan sosial yang memadai, semuanya itu merupakan indikator kesehatan sosial-psikologis.
Psikologi klinis ini, menurut dia, juga berkaitan dengan aktivitas sosial yang terkait dengan pemahaman diri, identitas, dan regulasi diri. Psikologi klinis dapat diterapkan daridua sisi pada diri individu dengan mempertimbangkan lingkungan dan pada lingkungan sehingga individu dapat berkembang dan berfungsi secara optimal.
“Psikologi klinis ini juga sangat berkaitan dengan aktifitas lain seperti kesehatan, pendidikan, organisasi, dan penegakan hukum,” pungkas Prof Johana.
Menurut salah satu panitia, Rulia Dewi Okterina, selain Prof Johana pembicara pada acara yang membekali peserta dengan pengetahuan dan langkah langkah konkrit dalam meningkatkan kesehatan mental ini adalah Dosen Psikologi FIP Unnes Dr Eddy Purwanto MSi.