Sulawesi Selatan banyak teater yang mempunyai pertunjukan dengan konsep pertunjukan yang beragam. tetapi berbeda dengan teater yang berdiri sejak 1965 sampai sekarang, teater “Petta Puan” namanya. “Petta Puan” telah menampilkan banyak pertunjukan dengan ratusan naskah dan penonton yang cukup banyak. Karena eksistensi Teater “Petta Puan” membuat Andi Baetal Mukadas tertarik dan melakukan Riset terhadap struktur pementasan, nilai estetika, kritis sosio kultural.
Andi Baetal Mukadas, pria kelahiran Bone 49 tahun yang lalu itu (Rabu,10/1) mempertahankan tulisan kualitatifnya dengan pendekatan multidisiplin didepan dewan penguji yang di ketuai oleh Prof. Dr. Fathur Rachman, M.Hum. dan lulus dengan predikat sangat memuaskan. Ujian terbuka dengan tim dewan penguji terdiri dari Promotor prof. Dr Tjetjep Rohendi, M.A., Prof Totok Sumaryanto, M.Pd., Dr Halilintar Latief, M.Pd menyampaikan pertanyaan dan sanggahan atas Desertasi, mulai dengan bagaimana struktur pementasan teater “Andong Pulang” rombongan sandiwara “Petta Puang”, bagaimana nilai nilai estetika yang terdapat dalam pementasan, dan bagaimana nilai kritik sosio kultural yang terefleksi pada pementasan teater “Andong Pulang”
Pembaruan yang dihasilkan dalam paparan Desertasi, Doktor baru Andi Baetal menyampaikan adanya struktur pementasan teater “Andong Pulang” lepas dan tidak terikat dengan konsep determinan, selain itu struktur pertunjukan tidak terikat dengan aturan baku dalam teater pada umumnya. Estetika visual pementasan “Andong Pulang” rombongan sandiwara “Petta Puang” sarat dengan nilai nilai simbolik yang tidak bisa dipisahkan dengan sistem pertanda sebagai sebuah struktur yang mengikat. Korelasi pementasan ini penuh dengan simbolik dalam struktur pertunjukan yang mengafirmasi signified-meaning yang merepresentasikan nilai-nilai kebangsaan dalam suku bugis.
(foto/Irmawar)