Akademi Militer (Akmil) memiliki peran vital dalam menyiapkan perwira calon pemimpin Tentara Nasional Indonesia – Angkatan Darat (TNI-AD). Karena itu, lulusan Akmil dituntut memiliki standar kualitas Perwira militer yang baik. Akan tetapi, pada periode 2014-2015, Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KONTRAS) 2014 mencatat ada 196 kasus pelanggaran prajurit TNI. Banyaknya kasus pelanggaran, direspon oleh Akmil dengan melakukan kajian terhadap kualitas Perwira lulusan Akmil. Kajian sebelumnya ditemukan, kepemimpinan berpengaruh langsung terhadap pembentukan karakter.
“Guna mewujudkan Perwira dengan karakter kepemimpinan lapangan yang kuat sebagai output pendidikan Akmil, maka diperlukan pengembangan model pendidikan Taruna Akmil yang menyangkut kepemimpinan pendidikan (instrumental) dan budaya organisasi (enviromental). Hal ini berguna mendukung proses belajar mengajar Taruna Akmil yang meliputi pengajaran, pelatihan, dan bimbingan,” kata Dosen Akademi Militer Magelang, Heri Wijanarko, S.Sos., M.Sc., saat mengikuti ujian promosi doktor pendidikan program studi Manajemen Kependidikan, baru-baru ini di kampus Kelud Pascasajana Universitas Negeri Semarang (Unnes).
Pengembangan dari tiga model teoretis, yakni model alternatif A, model alternatif B, dan model alternatif C diperoleh, model alternatif C adalah model fit yang memenuhi kriteria goodness of fit dengan keseluruhan nilai T-Statistics > 1,96. Artinya model ini valid dan dapat digunakan sebagai model pendidikan Taruna di Akmil.
Temuan model ini mengevaluasi teori bimbingan pengasuhan dengan fakta empiris bahwa bimbingan pengasuhan memediasi kepemimpinan pendidikan dan budaya organisasi terhadap pengajaran. Oleh karena itu direkomendasikan untuk mengembangkan bimbingan pengasuhan sehingga meningkatkan kontribusi terhadap pengajaran dan pelatihan dalam membangun karakter kepemimpinan lapangan Taruna Akmil.