Tenaga kerja praktisi lapangan terampil dan berkarakter pasti selalu bekerja dengan aman. Hal ini perlu dibiasakan kepada mahasiswa yang berkecimpung di dalamnya. Diharapkan, kebiasaan bekerja secara aman dapat membangun karakter kesehatan dan keselamatan kerja mahasiswa.
Akan tetapi, manajemen bengkel rekayasa Politeknik yang digunakan untuk proses pembelajaran praktik belum melaksanakan peraturan kesehatan dan keselamatan dengan baik. Ini ditengarai adanya perbedaan mahasiswa, dosen, dan tenaga laboran dalam melaksanakan peraturan kesehatan dan keselamatan.
“Maka, diperlukan penyusunan model manajemen bengkel rekayasa Politeknik yang berbasis karakter, kesehatan, dan keselamatan kerja,” ujar dosen Politeknik Negeri Semarang (Polines), Drs. Bambang Kuswanto, S.ST., M.T. ketika mengikuti ujian promosi doktor pendidikan program studi Manajemen Kependidikan, Rabu 16 Maret 2017 di kampus Kelud Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.
Ia berhasil mempertahankan disertasi “Model Manajemen Bengkel Rekayasa Politeknik Berbasis Karakter, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja” di bawah bimbingan promotor Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., kopromotor Prof. Dr. Masrukhi, M.Pd., dan anggota promotor Prof. Dr. Soesanto, M.Pd.
Bambang mengkalim, model ini menghasilkan kekuatan manajemen bengkel rekayasa faktual yang “sederhana” dalam pengelolaan kegiatan praktik. “Dengan begitu, ketika akan melakukan kegiatan praktik, mahasiswa tidak perlu berpatok pada jadwal yang telah dibuat oleh program studi,” jelasnya.
Hasilnya, model ini menghasilkan beberapa tahapan model manajemen bengkel rekayasa Politeknik berbasis K3. Di antaranya, perencanaan yang dibuat berdasar kebutuhan lulusan Politeknik berkarakter kesehatan dan keselamatan kerja. Pengorganisasian yang meliputi pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab bagi kepala bengkel, dosen, dan tenaga laboran yang terlibat dalam praktik mahasiswa. Pelaksanaan untuk menciptakan budaya kerja berbasis kesehatan dan keselamatan kerja yang melibatkan manusia, mesin, dan material. Serta, pengendalian yang melalui penilaian kinerja pembelajaran praktik di bengkel rekayasa Politeknik yang melibatkan kinerja mahasiswa, dosen, dan tenaga laboran.
“Disarankan untuk melaksanakan model ini melalui langkah sosialisasi, deklarasi komitmen bersama, pelatihan, dan koordinasi yang efektif guna membangun karakter kesehatan dan keselamatan kerja mahasiswa di bengkel rekayasa Politeknik,” katanya.