Bela diri langga merupakan identitas yang berkembang di lingkungan adat istiadat dan karakter masyarakat Gorontalo. Bela diri ini membutuhkan perhatian serius karena belum memiliki standarisasi. Hal ini disebabkan guru langga hanya memberikan pelatihan sesuai dengan gerakan yang didapat dari gurunya dan belum mempunyai wadah atau organisasi untuk melakukan hal tersebut. Lebih mirisnya, keberadaannya pun sudah sangat kritis kritis dan sudah diambang kepunahan.
“Oleh karena itu dibutuhkan suatu kajian penelitian untuk melakukan standarisasi unsur-unsur gerak dasar bela diri langga agar diketahui bagaimana bentuk gerak dasar bela diri langga,” kata Hartono Hadjarati, S.Pd., M.Pd., dosen Universitas Negeri Gorontalo (UNG) saat mengikuti ujian promosi doktor pendidikan program studi Pendidikan Olahraga, Kamis 2 Februari 2017 di kampus Bendan Ngisor Pascasarjana Universitas Negeri Semarang (Unnes).
Di bawah bimbingan promotor Prof. Dr. Tandiyo Rahayu, M.Pd., kopromotor Dr. Taufiq Hidayah, M.Kes., dan anggota promotor Dr. Setya Rahayu, M.S., Hartono berhasil mempertahankan disertasi “Standarisasi Unsur Gerak Dasar Bela Diri Langga di Gorontalo”.
Ia menyatakan standarisasi bela diri langga ternyata lebih mempermudah masyarakat dan guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) untuk mempelajari dan mengajarkan bela diri ini. Standarisasi gerak dasar bela diri langga ini juga dapat mengembangkan teknik-teknik bela diri langga agar lebih efektif dan efisien. Selain itu, mempermudah dalam proses penataan organisasi dan peraturan-peraturan sehingga memungkinkan dapat mengikuti pertandingan yang diselenggarakan Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI).
Hasil dari standarisasi ini diperoleh lima gerak dasar bela diri langgar yang meliputi sikap pasang, kuda-kuda, pola langkah, gerak bertahan atau belaan bela diri, dan serangan. Kelima standarisati unsur gerak dasar itu dinilai praktis, efektif, dan menarik untuk dipelajari.
“Diharapkan olahraga ini dapat dijaga sebagai identitas daerah yang menjadi kebanggaan kolektif daerah serta daya tarik pariwisata untuk berkunjung ke Gorontalo,” tandas laki-laki kelahiran 42 tahun silam ini.