Menilai pola pembelajaran untuk kelas Pendidikan Agama Islam (PAI) di madrasah masih sangat konvensional. Banyak sekolah bahkan belum memiliki laboratorium dan perpustakaan khusus. ”Idealnya perencanaan kelas pendidikan agama Islam untuk pengembangan pusat sumber belajar PAI adalah berbasis masjid,” kata Muhlis, S.Ag., M.Ag. Wakil Kepala Madrasah Tsanawiyah Sabilurrohman Gubug Grobogan saat mengikuti ujian promosi doktor pendidikan program studi Manajamen Kependidikan, Kamis 29 Desember 2016, di kampus Bendan Ngisor Pascasarjana Universitas Negeri Semarang (Unnes).
Dibawah bimbingan promotor Prof. Dr. Sugiyo, M.Si., kopromotor Prof. Dr. Totok Sumaryanto, M.Pd., dan anggota promotor Dr. Kardoyo, M.Pd., ia berhasil meraih gelar doktor dengan disertasi “Model Pengembangan Perencanaan Kelas Pendidikan Agama Islam berbasis Masjid”.
Muhlis menjelaskan, pola pembelajaran yang masih konvensinal mengakibatkan pembelajaran tidak efisien dan kurang terintegrasi. Pada saat bersamaan keberadaan masjid di lingkungan madrasah hanya difungsikan sebagai sarana ibadah (shalat) saja. “Padahal sejatinya dengan sedikit kreativitas, maka masjid dapar dijadikan mendukung pembelajaran terpadu,” imbuhnya.
Maka, akhirya dikembangkan penelitian pengembangan perencanaan kelas pendidikan agama Islam yang mencakup perencanaan masjid sebagai pusat pembelajaran agama Islam yang terintegrasi dengan desain smart masjid.
Hasil menunjukkan bahwa model final yang dikembangkan menciptakan beberapa preposisi. Salah satunya, desain smart masjid efesien dan efektif sebagai sarana pembelajaran terpadu. Hal ini karena model ini didesain untuk menciptakan pembelajaran agama Islam yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dengan media interaktif (smart class) dan go green school.
“Tetapi tidak semua prinsip-prinsip teori dan model smart masjid yang baik dapat diterapkan secara universal karena beberapa prinsip harus disesuaikan dengan konteks madrasah (ketersediaan sarana dan prasarana),” jelas lelaki 41 tahun silam.