Tawarkan model pemberdayaan masyarakat Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang (Unnes), Drs. Tri Rustiadi, M.Kes. raih gelar doktor setelah mengikuti ujian terbuka program studi Pendidikan Olahraga, Program Pascasarjana Unnes, di kampus Bendan Ngisor Rabu (23/11). Dia mengikuti ujian terbuka di hadapan dewan penguji yang terdiri atas Prof. Dr. Achmad Slamet, M.Si., Prof. Dr. Tomoliyus, M.S., Dr. Setya Rahayu, M.S., Prof. Dr. Tri Joko Raharjo M.Pd., Dr. Sulaiman, M.Pd., Dr. Indah Sri Utari S.H., M.Hum., Prof. Dr. Soegiyanto KS., M.S., dan Prof. Dr. Tandiyo Rahayu, M.Pd.
Tri Rus berhasil mempertahankan disertasi berjudul “Modal Sosial Masyarakat KONI sebagai Potensi Kelembagaan dalam Pengelolaan dan Pembinaan Keolahragaan yang Menunjang Pelaksanaan UU No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem keolahragaan Nasional pada KONI Jawa Tengah” dengan predikat memuaskan.
Pelaku, organisasi, dana, sarana dan prasarana olahraga, peran serta masyarakat, penunjang termasuk ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, dan industri olahraga termasuk subsistem keolahragaan nasional. Interaksi antar subsistem perlu diatur guna mencapai tujuan keolahragaan nasional dan dapat dirasa manfaatnya. Namun, ditemukan hal-hal yang tidak sesuai pasal 40 UU. 30 th 2005 tentang penyusunan kepengurusan komite olahraga nasional yang harus bersifat mandiri. Berdasar data pendahuluan, pengurus inti KONI Jateng msh dijabat oleh pejabat publik. “Melihat kenyataan itu, saya tertarik untuk mengkaji perubahan karakteristik modal sosial terhadap pelaksanaan kinerja KONI,” kata lelaki 52 tahun silam itu.
KONI dipahami sebagai organisasi yang memiliki modal sosial yang berperan mengelola dan membina keolahragaan. Namun, KONI dililit keterbatasan ekonomi maupun sumber daya manusianya. “Maka ditawarkan model konstruksi organisasi KONI yang responsif bagi pemberdayaan masyarakat olahraga,” katanya.
Pemberdayaan masyarakat KONI strategi yang tepat untuk mengatasi masalah masyarakat KONI. Strategi ini dapat melalui pengembangan komunikasi sosial, jejaring, kepercayaan, mengintegrasikan aliansi mitra strategis ke dalam program KONI serta melakukan pendekatan langsung kepada kelompok sasaran.
Tri Rus menyatakan, modal sosial sebagai kekuatan internal KONI dirancang dan dikembangkan dalam lima elemen utama yang mendukung pemberdayaan KONI sebagai penguat masyarakat olahraga. Kelima elemen itu yakni, kerakyatan sebagai ideologi, pembebasan sebagai tujuan. pemberdayaan sebagai fungsi, keadilan sosial sebagai kebijakan yang diagendakan, dan direksi sebagai metode.
“Dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat KONI kabupaten/kota ini tidak hanya menyatakan fakta pluralitas KONI, tetapi juga cermin keberagaman kemampuan warga KONI baik pengurus maupun anggota dalam memenuhi kebutuhan mereka,” ungkapnya.