Menjalankan kinerja, seorang penerjemah acap menemui banyak kendala, terutama soal bahasa sumber dan bahasa sasaran. Untuk itu, jalan tengah yang ditawarkan adalah melalui foreignisasi. Berbeda dengan domestikasi, foreignisasi sengaja melanggar konvensi bahasa dan budaya sasaran dengan cara mempertahankan sebagian keasingan teks sumber.
Pembaca diajak menelusuri bahasa dan budaya sumber untuk membuatnya merasakan perbedaannya dengan bahasa dan budaya sasaran. ”Akibatnya, pembaca teks terjemahan didorong untuk memahami sebanyak mungkin unsur teks asing dalam bahasa sasaran,” kata Dr. Januarius Mujiyanto, M.Hum, saat memberikan pidato pengukuhannya sebagai Profesor Linguistik Terapan, Rabu 5 September 2016, di auditorium Sekaran, Gunungpati.
Kepala Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris S2-S3 Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang (PPs Unnes) itu memilih foreignisasi dengan sejumlah alasan, antara lain penerjemahan berdasar anggapan bahwa bahasa sumber lebih unggul daripada bahasa sasaran, penerjemahan mendorong pembaca agar kembali ke bahasa sumber, dan penerjemahan membantu pembaca bahasa sasaran agar menjadi setara dengan pembaca bahasa sumber.
Lantas ia menganalogikan kerja penerjemahan sebagai sebuah permainan sepak bola. Dalam permainan sepak bola, dikenal semacam konsep bahwa pertahanan yang baik dilakukan dengan menyerang. Konsep itu lantas dikembangkan menjadi strategi total football, yaitu strategi yang memungkinkan para pemain menggantikan peranan pemain lain dalam satu tim.
Konsep ini diterapkan dalam praktik penerjemahan, pemertahanan budaya dilakukan dengan mengeksplorasi budaya sumber, membawa pulang, dan mendudukkannya berdampingan dengan budaya yang hidup di tengah masyarakat pengguna bahasa sasaran. “Kemenangan diperoleh jika fitur bahasa dan budaya asing dapat berdampingan dengan fitur dan budaya jati tanpa menimbulkan konflik,” kata dosen yang akrab dipanggil Yan itu.
Rektor UNNES Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. mengatakan, perolehan gelar sebagai guru besar bukanlah akhir dari capaian keilmuan. “Dosen yang meraih capaian ini hendaknya terus mengabdi pada kelimuan dan berkontribusi dalam bidang yang digeluti,” terangnya.