Dalam rangka dies natalis ke XVI Program Pascasarjana Unnes, PPs Unnes menyelenggarakan seminar nasional dengan tema Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni dalam Perspektif Kebudayaan pada tanggal 15 Mei 2013 bertempat di Auditorium Unnes, kampus Sekaran. Kegiatan ini diikuti oleh 750 orang mahasiswa PPs Unnes dari berbagai Program studi. Acara dibuka oleh Plt Rektor Dr. Agus Wahyudin, M.Si.
Keynote speaker Direktur Pendidik dan Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Prof Dr Supriadi Rustad Msi menyampaikan bahwa UU Perguruan Tinggi sejatinya ingin menggeser peran dosen dan mahasiswa dari mengajar dan belajar menjadi meneliti. Salah satu faktor yang menggerakkan hal tersebut adalah adanya kenyataan bahwa di berbagai negara maju, penelitian merupakan kunci lompatan ekonomi, disamping kenyataan bahwa publikasi karya ilmiah Indonesia sangat jauh tertinggal dibanding negara berkembang lainnya, misalnya Malaysia dan Singapura. Lebih lanjut Prof. Dr. Supriyadi Rustad menyampaikan dengan membangun budaya akademik terkait dengan publikasi ilmiah akan membawa implikasi pada banyak faktor yaitu budaya menulis, budaya baca, budaya berfikir kritis, budaya menghargai pendapat orang lain, budaya jujur (tidak plagiat), budaya dialog (dialektika) dan budaya berbagi.
Selain Direktur Dirtendik Ditjen Dikti Prof Supriadi Rustad, tampil 3 pembicara dalam seminar nasional tersebut. Pembicara pertama Prof Ignatius Bambang Sugiharto (Guru Besar Fakultas Ilmu Filsafat Universitas Parahyangan Bandung) yang menyampaikan topik tentang Seni, Iptek dan Peradaban. Pembicara kedua Prof Setiawan Sabana (Guru Besar Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB) menguraikan tentang Perspektif Kertas : Seni (Rupa), Budaya dan Media Baru. Pembicara ketiga Prof Dr Faruk SU (Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya UGM) menyampaikan makalah Teknologi, Ilmu Pengetahuan dan Seni dalam Perspektif Kebudayaan.
Sementara itu Prof Dr Samsudi MPd Direktur PPs meyampaikan Saat ini PPs Unnes sudah memiliki jurnal nasional dalam waktu dekat akan membuat jurnal internasional. Sehingga mahasiswa S-2, S-3, dan dosen-dosen Unnes terutama doktor dan guru besar memiliki sarana mempublikasikan karya ilmiahnya sehingga tidak ada alasan untuk tidak menulis.