Pada Selasa, 16 Oktober 2018 bertempat di Aula D12 FMIPA Unnes, UPT Perpustakaan Universitas Negeri Semarang menyelenggarakan Seminar Nasional bertajuk, SHIFTING: tantangan pustakawan (pengelola informasi) di era disrupsi.
Narasumber kegiatan ini adalah para praktisi yang ahli dibidangnya. Mereka adalah Nuning Kuriasih, M.Hum. (Dosen Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran); dan Yogi Hartono, S.Sos. (Profesional , CNN Indonesia) – Head of Digital Archive Librarian CNN Indonesia.
Shifting yang memiliki arti suatu pergesaran ataupun perubahan yang fundamental. Di era teknologi informasi yang berkembang sangat pesat saat ini, perubahan yang fundamental itu telah terjadi di dunia transportasi dan market dengan sistem online-nya, seperti ojek online, taksi online, belanja online, dan lain sebagainya, dimana masyarakat saat ini cenderung untuk bertransaksi secara online dalam berbagai hal. Oleh karena itu, shifting (perubahan) di era disrupsi pun sedang terjadi di dunia kepustakawanan, sehingga pustakawan harus bisa mengikuti perkembangannya.
Kepala Perpustakaan Unnes, Moh. Yasir Alimi, Ph. D. dalam sambutannya menyinggung tentang pentingnya peran pustakawan dalam penguasaan teknologi di era digital, dimana media sosial sangat mempengaruhi sendi-sendi kehidupan generasi muda jaman sekarang. Ia menyampaikan bahwa sasaran Perguruan Tinggi saat ini, dengan Perpustakaan didalamnya bukan lagi sebagai Agent of Exchange (Agen Perubahan), tetapi sebagai Agent of Social Development (Agen Pembangunan Sosial), yang bisa menggerakkan ekonomi nasional. Sementara peran perpustakaan adalah membantu mewujudkan hal itu. Dalam hal ini dicontohkan, perpustakaan bisa berperan sebagai filter dalam penyebaran informasi yang jauh dari hoaks (berita palsu/kabar bohong), pustakawan bisa membantu pemustaka menghasilkan ide-ide terbaik untuk mewujudkan tujuan pembangunan sosial tersebut.
Sementara dalam kesempatan lain, para narasumber yang dimoderatori oleh Ahmad Abdul Hakim, S.Pd. dari perpustakaan Unnes, menyampaikan, di era disrupsi ini agar pustakawan bisa menyesuaikan diri dengan memberikan pelayanan antar alain berupa literatur ataupun buku-buku dalam format digital yang ditunjang sarana pembacaannya. Karena era disrupsi mempengaruhi kehidupan sehari-hari yang biasanya manual menjadi digital, dimana aktivitas-aktivitas beralih ke dunia maya.
Lebih lanjut narasumber lainnya menyampaikan bahwa teknologi adalah teman pustakawan. Sebagai pustakawan di era disrupsi, ia tidak punya pilihan harus mengikutinya atau akan tertinggal. Karena salah satu karakteristik disrupsi adalah pemustaka bisa belajar dari sumber-sumber ilmu yang tersebar di dunia maya. Dalam hal ini, pustakawan perlu memberikan layanan yang lebih simpel, murah, dan memberikan nilai tambah kepada pemustaka, karena keberhasilan suatu perpustakaan tidak hanya diniai dari berapa banyak jumlah pengunjung yang datang, namun juga kemampuan perpustakaan memberikan layanan yang nyaman dan mampu memerikan nilai tambah dengan fasilitas-fasilitas yang dapat diandalkan.
Pada kesempatan sebelumnya, Mahargjo Hapsoro A., S.Sos selaku Ketua Panitia Kegiatan menyampaikan, Seminar ini diikuti oleh lebih dari 150 orang yang berasal dari berbagai jenis perpustakaan, seperti perpustakaan sekolah, rumah baca, perpstakaan dari lembaga/insanti kedinasan, dan perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta dari berbagai kota yang ada di Jawa dan Kalimantan.
Penulis Berita: M.Z. Eko Handoyo, S.S. – Pustakawan Universitas Negeri Semarang