Sabtu (30/3), Universitas Negeri Semarang (UNNES) menyelenggarakan gelar seni bertajuk Dhuta Pinilih di Kampung Budaya, Fakultas Bahasa dan Seni.
Gelar seni ini dikemas dengan kolaborasi wayang kulit, wayang wong, bendig, karawitan, campursari, macapat, keroncong, dan tari daaerah.
“Kita hadir disini untuk melestarikan nilai, budaya serta karakter agar bermanfaat bagi masyarakat, yaitu wayang kulit. Pagelaran wayang kolaborasi ini sekaligus sebagai ajang promosi bagi UNNES, Jawa Tengah dan Indonesia dalam mengenalkan budaya kita pada tamu-tamu asing”, ungkap Rektor Universitas Negeri Semarang (UNNES) Prof Dr Fathur Rokhman MHum dalam sambutannya.
Serangkaian kegiatan Dies Natalis ke-54 UNNES ini dihadiri langsung oleh Sekretaris Daerah Jawa Tengah Ir Sri Puryono KS MP. Ketua Dewan Pertimbangan UNNES ini secara pribadi mengucapkan dirgahayu UNNES yang ke 54 serta mengapresiasi pagelaran wayang UNNES dengan selalu hadir di setiap tahunnya.
“Mudah-mudahan UNNES dapat berjaya di dunia sesuai dengan temanya yaitu UNNES mendunia untuk Indonesia”, tutupnya.
Acara dilanjutkan dengan penyerahan wayang Kresna dari ketiga dalang yaitu Dr Widodo BS SSn MSr, Ki Nugrahasto Prihadi Utomo dan Ki Sindhu Linguastika Manumasa kepada Ir Sri Puryono melalui Rektor UNNES.
Tibalah acara inti dengan menghadirkan tiga dalang yang terdiri dari satu dosen sendratasik dan dua mahasiswa sastra jawa. Dalam Dhuta Pinilih Kresna sebagai duta terakhir yang diutus Pandawa untuk menagih janji atas hak Kerajaan Hastina pada Duryudana. Namun Duryudana mengingkari janjinya bahkan berniat membunuh Kresna. Kresna lalu berubah menjadi raksaksa menakutkan yang ingin memusnahkan seluruh Kurawa. Namun Dewa Narada datang meredakan amarah raksaksa dan mengingatkannya. Raksasa tersebut lalu berubah kembali menjadi Kresna. (Sumber: unnes.ac.id)