Tak jauh dari Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah terdapat lokasi penangkaran kupu-kupu yang diberi nama Borobudur Butterfly Edu (BBE).
Penangkaran ini merupakan milik pasangan suami istri Muhammad Fathul Mubin dan Warih Budi Triningsih yang berlokasi di dusun Mendalan, desa Tanjungsari, kecamatan Borobudur, kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Penangkaran kupu-kupu ini memanfaatkan lahan yang berada di belakang rumah pasutri tersebut.
Penangkaran kupu-kupu ini juga mendapat pendampingan dari Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang. Pendampingan ini awalnya dimulai pada April 2021, namun dikarenakan adanya kebijakan PPKM maka baru dilaksanakan pada Agustus 2021.
Bambang Priyono, selaku Dosen Ekologi dan Ekologi Hewan UNNES, mengungkapkan bahwa pendampingan tersebut merupakan permintaan dari pihak pengelola penangkaran kupu-kupu. Hal ini juga sejalan dengan Jurusan Biologi yang memiliki green community, dimana salah satunya adalah penangkaran kupu-kupu.
“Kami di UNNES punya penangkaran kupu-kupu. Itu sudah lama terbentuk, bahkan anak-anak UGM pernah studi banding ke UNNES. Kebetulan karena di sini juga ada penangkaran kupu-kupu dan anak-anak ini (mahasiswa) di bawah underbow kami green community itu sudah kami biasakan, misalnya melihat kupu-kupu yang ada di UNNES,” jelas Bambang saat ditemui di Borobudur Butterfly Edu, Sabtu (18/9/2021).
Beliau juga menambahkan bahwa sebagai perguruan tinggi yang berwawasan konservasi, maka UNNES paling tidak harus menyelamatkan flora dan fauna, dimana salah satunya ialah kupu-kupu.
Sebelum memulai pendampingan, tim dari UNNES sempat melakukan survei. Kawasan Borobudur yang menjadi daerah wisata pun menjadi fokus utama, karena dikhawatirkan apabila ada pembangunan pariwisata maka banyak tanaman inang yang rusak atau hilang. Maka, otomatis kupu-kupu yang ada di area tersebut hilang atau terancam punah.
“Waktu Pak Mubin menghubungi kami, usahakan yang ditangkarkan adalah kupu-kupu lokal dulu yang ada di daerah Borobudur. Misalnya ada pembangunan berkembang, kita bisa melakukan penelitian lagi apakah jenis-jenisnya berkurang atau tidak. Tapi paling tidak, kita sudah menyelamatkan beberapa yang ada di penangkaran ini,” tutur Bambang.
Penangkaran kupu-kupu ini juga bisa sekaligus menjadi sarana edukasi bagi pelajar maupun wisatawan. Tim dari UNNES juga menyarankan agar pengelola penangkaran dapat membuat semacam bioskop atau studio mini yang bisa menjelaskan proses kupu-kupu berkembang biak.
Warih selaku pemilik Borobudur Butterfly Edu mengungkapkan bahwa dirinya merasa senang telah mendapatkan pendampingan dari UNNES.
“Saya merasa senang, banyak bermanfaat terutama untuk pengembangan penangkaran kupu-kupu di Borobudur Butterfly Edu. Saya banyak mendapatakan ilmu yang tadinya belum saya dapatkan dan sangat bermanfaat banyak. Saya berharap nanti dengan pendampingan ini, penangkaran kupu-kupu di sini khususnya atau nanti meluas di wilayah Tanjungsari bisa menjadi lebih baik,” ungkap Warsih.
“Dengan pendampingan ini, kami punya inisiatif membuat kandang kecil untuk mengkondisikan ulat dan kepompongnya agar terhindar dari predator. Karena ketika kami lepas di kandang yang besar itu masih banyak predator seperti reptil, laba-laba, dan semut,” tambahnya.
Dia juga menyebutkan bahwa dengan membuat kandang kecil, tingkat keberhasilan kepompong menjadi kupu-kupu mencapai 75 persen, sehingga saat ini jumlah kupu-kupu yang ditangkarkan terlihat lebih banyak.
Sumber info:
https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-5730802/keren-pasutri-di-magelang-ini-sukses-tangkarkan-kupu-kupu?single=1