Sebagai salah satu kampus dengan jumlah mahasiswa yang berkisar antara puluhan ribu mahasiswa, kampus UNNES tentu saja menghasilkan sampah dengan jumlah yang tidak sedikit, entah itu sampah organik ataupun anorganik. Banyak jumlah sampah yang dihasilkan ini menjadi keresahan tersendiri bagi UNNES. Terlebih dengan status UNNES sebagai kampus konservasi, permasalahan sampah ini tentu saja menjadi perhatian penting yang tidak mungkin dikesampingkan.
Sebagai kampus konservasi, UNNES juga dikelilingi oleh pepohonan dan berbagai tanaman yang tumbuh menghiasi kampus UNNES. Dengan banyaknya tanaman yang ada, jumlah sampah yang dihasilkan dari dedaunan dan rumput-rumput juga menambah daftar banyaknya sampah yang dihasilkan. Hal ini menjadikan sampah organik yang dihasilkan pada setiap harinya berada pada jumlah yang tidak sedikit dan membutuhkan penanganan lebih lanjut.
Terlahir dari keresahan atas banyaknya sampah organik yang dihasilkan ini, UNNES menciptakan sebuah Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). TPST ini juga merupakan wujud dari kepedulian dan keseriusan UNNES dalam menjaga dan melakukan konservasi lingkungan. TPST ini merupakan tempat pengolahan sampah organik yang dikelola dan dipegang secara langsung oleh UPT Pengembangan Konservasi UNNES. TPST ini berlokasi di Gang Ki Ageng Gribik, Sekaran, Gunungpati, atau berada di sebrang Gerbang Utama UNNES.
TPST UNNES selain mengumpulkan dan mengolah sampah dari lingkungan kampus UNNES juga mengolah sampah dari masyarakat sekitar. Sampah-sampah ini mulanya dikumpulkan untuk kemudian dipilah dan disortir antara sampah organik dan sampah anorganik atau sampah plastik. Sampah-sampah organik yang telah disortir ini kemudian diolah menjadi produk yang bermanfaat dan memiliki nilai jual. Di TPST ini juga sudah menggunakan alat dan mesin yang membantu pekerjaan manusia dalam mengolah sampah-sampah tersebut.
Sampah-sampah organik ini diantaranya diolah menjadi kompos. Cara pengolahan dan pembuatan kompos ini tidak jauh berbeda dari cara pembuatan kompos pada umumnya. Kompos yang dihasilkan dari pengolahan sampah di TPST ini kemudian dikemas dan dipasarkan kepada masyarakat. Selain dipasarkan, UNNES juga berencana untuk menggunakan kompos tersebut untuk penggunaan pribadi kampus.
TPST tidak hanya mengolah sampah menjadi kompos, tetapi juga memanfaatkan sampah untuk pakan Maggot. Maggot ini merupakan larva dari lalat tentara hitam atau Black Soldier Fly (BSF). Maggot dipilih sebagai media pengolahan sampah organik karena maggot memiliki nilai jual yang cukup tinggi dan banyak dicari. Maggot memiliki harga jual yang cukup tinggi karena kandungan proteinnya yang tinggi sehingga sangat cocok untuk dijadikan pakan ternak atau hewan peliharaan. Maggot biasanya dicari para pembeli untuk pakan ikan, burung, ayam, ataupun hewan ternak lainnya.
Dengan melakukan budidaya maggot di TPST, selain menjadi media untuk pengolahan sampah juga menjadi peluang usaha yang cukup menjanjikan. Perawatan yang mudah dan proses panen yang cukup singkat menjadikan produksi maggot di TPST tiap bulannya mencapai jumlah yang cukup besar. Hal ini berbanding lurus dengan permintaan maggot yang cukup tinggi di pasaran. Jumlah produksi maggot ini akan semakin meningkat apabila perkuliahan dimulai kembali secara luring. Maggot ini biasa dipasarkan di Semarang, Kendal, dan Salatiga.
Dengan adanya TPST ini, sampah-sampah organik di wilayah dalam dan sekitar kampus berhasil diolah menjadi produk yang memiliki nilai jual tinggi dan menjadi peluang usaha baru. Sampah-sampah organik dan sampah rumah tangga ini tidak lagi hanya menjadi limbah yang menumpuk dan tidak bermanfaat. TPST bisa dikatakan menjadi solusi yang tepat atas permasalahan sampah yang ada di UNNES. Di sisi lain, TPST ini juga menjadi bukti nyata dari UNNES sebagai universitas yang berwawasan konservasi.