Sabtu (28/11), Ika Widyastuti sukses meraih medali emas dalam ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-33 yang diselenggarakan di Universitas Gajah Mada (UGM).
“Keberhasilan ini tak lepas dari usaha dan doa orang tua serta dosen pembimbing yang senantiasa membimbing dan memberikan motivasi yang tak terhingga,” kata Ika Widyastuti.
Mahasiswa jurusan bahasa dan sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang angkat 2017 tersebut menyampaikan tidak mudah untuk meriah medali emas, persaingan yang sangat ketat dari berbagai universitas di Indonesia serta Persiapan pengabdian sungguh luar biasa dirasakan.
“Perubahan kondisi yang awalnya serba luring tiba-tiba harus dilakukan serba daring. Tapi kondisi spesial tersebut tidak mematahkan semangat kami dan dosen pembimbing kami untuk melakukan pengabdian. Kami selalu menjaga komunikasi menggunakan media Gmeet atau Zoom dalam hal merencanakan pelaksanaan kegiatan hingga yang lainnya,” ucap Ika.
Untuk mengatasi itu, Ika berinisiatif membuat grub WhatsApp dengan mitra yaitu Karang Taruna Dusun Kalinongko Kabupaten Grobogan Menjadi tahap awal untuk perkenalan, sosialisasi dan koordinasi segala kegiatan acara sebelum pelaksanaan.
Ia, menyebutkan dalam pelaksanaanya menggunakan media Gmeet, mitra belum terbiasa menggunakan media tersebut sehingga sempat mengalami kendala. Namun karena belum terbiasanya mitra menggunakan media tersebut kami tim harus memberikan tutorial penggunaan Gmeet terlebih dahulu. Selain itu dalam pelaksanaannya melibatkan anak-anak langsung. Hal ini dilakukan agar kelak saat mitra mengimplementasikannya secara langsung sudah memahami dengan baik oleh anak-anak.
“Diawali dengan pemberian pemahaman konsep mengenai permainan tradisional dan penyampaian makna serta nilai yang terkandung didalamnya. Dilanjutkan dengan penayangan video permainan tradisional melalui youtube untuk mengaktifkan ingatan anak-anak di Dusun Kalinongko Kabupaten Grobogan tentang cara bermain permainan tradisional. Terakhir yaitu praktik permainan tradisional secara virtual melalui Gmeet dengan bantuan orang tua anak. Dalam pelaksanaan terkadang terkendala oleh sinyal mitra yang berada di desa yang membuat macet-macet saat menggunakan Gmeet. Pemilihan jenis permainan tradisional kami sesuaikan dengan kondisi spesial tersebut agar bisa dilakukan secara individu dan dirumah masing-masing seperti congklak, sudamanda/engklek, setinan dan bola bekel,” ucap Ika.
Lebih lanjut, dalam melakukan pengabdian ini ia melihat urgenitas masalah pada mitra yaitu lemahnya karakter sehingga perlu adanya solusi.
“Karena anak adalah salah satu aset bangsa dimasa depan. Permainan tradisional menjadi solusi karena menurut beberapa ahli, permainan tradisional sebagai warisan bangsa yang kaya akan nilai-nilai luhur kehidupan”.
Menurutnya permainan tradisional menjadi solusi karena menurut beberapa ahli permainan tradisional sebagai warisan bangsa kaya akan nilai-nilai luhur kehidupan yang mulai tergeser dengan adanya penggunaan gawai yang berlebihan.
Sekolah permainan tradisional tidak hanya memperkenalkan kembali permainan tradisional namun juga disampaikan mengenai nilai-nilai karakter yang terkandung didalamnya. Sehingga dengan adanya pemahaman konsep mengenai permainan tradisional dan nilai tersebut kemudian anak-anak bisa mempraktikannya diharapkan anak menjadi berkarakter secara tidak langsung, namun membutuhkan proses dan bertahap serta bimbingan agar anak bisa berkarakter, pungkasnya.
Diketahui UNNES menempati peringkat ke 7 pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional. Kontingen UNNES meraih 3 medali emas, 3 medali perak dan 1 medali perunggu. (Sumber: unnes.ac.id)