Sabtu, (8/8) Universitas Negeri Semarang (UNNES) bekerjasama dengan Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) meresmikan ‘Patung Waluh’ sebagai ikon Desa Getasan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
Melalui skema Program Pengembangan Produk Unggulan Daerah (PPPUD) ini, ‘Patung Waluh’ diharapkan mampu menjadi magnet dan daya tarik sekaligus simbol desa UMKM di Desa Getasan.
Kegiatan yang bertempat di depan Kantor Koramil 03 Getasan Kodim 0714 Salatiga ini, Kepala Desa Getasan Suwarlan menjelaskan, patung tersebut bernama seni ‘Gemah Ripah’ yang menggambarkan seorang penari membawa buah waluh.
Menurutnya, ikon ini menjadi gambaran dari Desa Getasan yang kaya akan anugerah buah waluhnya.
“Patung ini merupakan semboyan negara Indonesia yang dapat menggambarkan betapa kaya rayanya alam nusantara kita. Patung seni ‘Gemah Ripah’ ini menggambarkan hasil bumi, khususnya buah waluh yang ada di Desa Getasan, yang diolah menjadi beraneka ragam jenis makanan,” jelasnya.
Selain Kepala Desa Getasan, turut hadir Camat Getasan Seno Wibowo SIP MM yang mengapresiasi langkah UNNES untuk turut serta mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayahnya.
Pada kesempatan itu juga hadir Ketua LPPM UNNES Dr Suwito Eko Pramono MPd yang memberikan sambutan tentang pentingnya berpikir futuristik.
“Kita sudah memasuki era dimana apa-apa serba bisa didapatkan kapanpun dan dimanapun, maka penting bagi kita untuk berpikir futuristik. Kedepan akan ada apa, apa yang terjadi, dan lain sebagainya,” jelas Dosen Jurusan Sejarah tersebut.
Potensi sebagai Sentra UKM Olahan Waluh
Tim yang diketuai oleh Drs Sunyoto MSi dan beranggotakan Indah Anisykurlillah SE MSi Akt CA, Dra Rosidah MSi, dan Dr Atiek Zahrulianingdyah MPd ini melihat adanya potensi besar dari Desa Getasan sebagai desa UMKM.
“Kami memilih Desa Getasan karena kami melihat adanya potensi besar yang dimiliki oleh desa ini, terutama produk khasnya yakni buah waluh,” jelas Ketua Tim Pelaksana PPPUD Drs Sunyoto MSi.
Patung ini, imbuhnya, berada ditempat yang cukup strategis, yang dapat dijadikan penanda bahwa Desa Getasan mempunyai produk unggulan yang tidak dimiliki desa lain, yaitu olahan waluh atau labu kuning. Selain olahan waluh, Desa Getasan juga mengembangkan kesenian tari, oleh karena itu patung yang dibangun menggambarkan perpaduan dua potensi besar Desa Getasan yakni olahan waluh dan kesenian tari.
Selain membangun patung, Tim PPPUD UNNES juga memberikan pelatihan diversifikasi produk dan pemasaran olahan buah waluh. Kegiatan ini bertujuan agar jenis olahan waluh yang ada di Desa Getasan menjadi lebih bervariasi dan sesuai dengan kebutuhan pasar.
Pelatihan diversifikasi produk ini meliputi cara membuat es cendol waluh, sirup waluh, bolu gulung, bolu kering, dan roti manis, yang semuanya menggunakan bahan dasar buah waluh.
Selain pelatihan yang berorientasi pada proses produksi, peserta juga dilatih tentang manajemen usaha, pembukuan keuangan, dan pemasaran produk. Guna memperluas pangsa pasar yang dituju, pelatihan difokuskan pada upaya memasarkan produk secara online melalui pemanfaatan kemajuan teknologi, perkembangan media sosial, dan internet.
“Walaupun sudah dirintis sejak lama, perkembangan usaha olahan waluh belum sesuai harapan. Masih banyak masyarakat dari daerah lain yang belum mengenal oleh-oleh khas Getasan ini. Pemasaran produk olahan waluh juga masih terbatas di Getasan dan sekitarnya. Oleh karena itu, pendirian patung dan pelatihan diversifikasi ini diharapkan mampu mendorong Desa Getasan untuk mampu bersaing dengan kelompok usaha lainnya dan berkembang menjadi sentra UKM olahan waluh yang terkenal di Indonesia, bahkandikancah internasional,” ungkap Drs Sunyoto MSi.
Sebagai salah satu episentrum penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, UNNES berkomitmen penuh dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi melalui aplikasi keilmuan di masyarakat. (Sumber: unnes.ac.id)